My name is MAULIDIA

Kamis, 15 April 2010

PRILAKU DAN KINERJA MANAJERIAL

Teori atau ilmu perilaku organisasi (organization behavior) pada hakekatnya mendasarkan kajiannya pada ilmu perilaku itu sendiri (akar ilmu psikologi), yang dikembangkan dengan pusatperhatiannya pada tingkah laku manusia dalam organisasi. Dengan demikian, kerangka dasar teori perilaku organisasi ini didukung oleh dua komponen pokok, yakni individu-individu yang berperilaku dan organisasi formal sebagai wadah dari perilaku tersebut.Jadi, perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek- aspek tingkah laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu. Aspek pertama meliputi pengaruh organisasi terhadap manusia, sedang aspek kedua pengaruh manusia terhadap organisasi. Pengertian ini sesuai dengan rumusan Kelly dalam bukunya Organizational Behavior yang menjelaskan bahwa perilaku organisasi di dalamnya terdapat interaksi dan hubungan antara organisasi di satu pihak dan perilaku individu di lain pihak. Kesemuanya ini memiliki tujuan praktis yaitu untuk mengarahkan perilaku manusia itu kepada upaya-upaya pencapaian tujuan.Sistem pengukuran kinerja diharapkan bisa meningkatkan persepsi manajer atas setiap dimensi dalam pemberdayaan psikologis dalam hal ini adalah Meaning Competence, Self determinationdan Impact. Sistem pengukuran kinerja membuat tugas seorang individu lebih berarti(Meaning) karena informasi yang komprehensif tentang sebuah strategi dan kinerja dapat membantu seseorang untuk menyadari kemana organsiasi akan melangkah dan bagaimana peranan mereka agar sesuai dengan skope yang lebih luas dari organisasi. Conger dan Kanungo (1998) mencatat bahwa informasi tentang kinerja akan memperkuat persepsi seorang individu dalam memahami suatu tujuan (Self determination). Gist dan Mitchell (1992) menyatakan bahwa persepsi kompetensi (Competence) diperkuat dengan penyediaan informasi yang dapat meningkatkan pemahaman seorang individu atas sebuah tugas, kompleksitas tugas tersebut dan lingkungan tugas. Informasi kinerja secara fundamental berguna sebagai alat untuk memperkuat kompetensi (Ilgen et al,1979 dalam Hall, 2004; Lawler, 1992; Spreitzer, 1995). Thomas et al, (1993) menyatakan bahwa manajer yang menggunakan informasi kinerja akan memiliki kontrol yang lebih besar atas permasalahan pada perusahaan. Hal ini memberikan manajer perasaan seolah-olah mereka mempunyai pengaruh yang besar terhadap perusahaan tempat mereka bekerja. Sistem pengukuran kinerja juga dapat memperkuat pengetahuan seorang manajer akan strategi dan prioritas sebuah organisasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk mempengaruhi dan bertindak sesuai prioritas perusahaan. Tanpa informasi kinerja yang komprehensif, manajer cenderung tidak memahami sepenuhnya operasional dari sebuah unit kerja atau organisasi secara keseluruhan. Hal ini menciptakan perasaan tidak mampu memberikan pengaruh pada wilayah pekerjaan mereka. Penelitian sebelumnya memperlihatkan adanya hubungan positif antara informasi kinerja dan pemberdayan psikologis secara keseluruhan (Spreitzer, 1997; Randolph, 1995). Peneliti Spreitzer (1997) menemukan bukti empiris bahwa akses informasi kinerja berhubungan positif dengan pemberdayaan psikologis. Penelitian tersebut didukung oleh Randolph (1995) yang menyatakan bahwa penyediaan informasi kinerja yang strategis dapat membantu mengembangkan pemberdayaan pegawainya.

referensi:

  • http://supardiyo.wordpress.com/2009/06/08/perilaku-organisasi
  • http://www.docstoc.com/docs/25275328/





KEPEMIMPINAN

A. Arti Kepemimpinan dan Manajemen Yang Fungsi Melaksanakan
Kepemimpinan
Dalam praktek sehari-hari, seoring diartikan sama antara pemimpin dan
kepemimpinan, padahal macam pengertian tersebut berbeda. Pemimpin kedua
adalah orang yang tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan
atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Setiap orang mempunyai pengaruh atas pihak lain, dengan latihan dan
peningkatan pengetahuan oleh pihak maka pengaruh tersebut akan bertambah dan
berkembang. Kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemampuan secara aktif
untuk mempengaruhi pihak lain dan dalam wujudkan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan lebih dahulu. Dewasa ini kebanyakan para ahli beranggapan bahwa
setiap orang dapat mengembangkan bakat kepemimpinannya dalam tingkat tertentu.
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik
dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan dipimpin dari
bukan dengan jalan menyuruh atau mondorong dari belakang. Masalah yang selalu
terdapat dalam membahas fungsi kepemimpinan adalah hubungan yang melembaga
antara pemimpin dengan yang dipimpin menurut rules of the game yang telah
disepakati bersama.
Seseorang pemimpin selalu melayani bawahannya lebih baik dari
bawahannya tersebut melayani dia.Pemimpin memadukan kebutuhan dari
bawahannya dengan kebutuhan organisasi dan kebutuhan masyarakat secara
keseluruhannya.
Dari batasan kepemimpinan sebagaimana telah disebutkan di atas seorang
dikatakan pemimpin apabila dia mernpunyai pengikut atau bawahan. Bawahan ini
dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam
mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Dalam organisasi pemimpin dibagi dalam tiga tingkatan yang tergabung
dalam kelompok anggota-anggota manajemen (manajement members). Ketiga
tingkatan tersebut adalah :
a. Manager puncak (Top Manager)
b. Manajer menengah (Middle manager)
c. Manajer bawahan (Lower managor/suvervisor)
Seorang pemimpin mempunyai baik ketrampilan manajemen (managerial
skill) maupun keterampilan tekhnis (technical skill). Semakin rendah kedudukan
seorang tekhnis pemimpin dalam organisasi maka keterampilan lebih menonjol
dibandingkan dengan keterampilan manajemen. Hal ini disebabkan karena aktivitas
yang bersifat operasional.
Bertambah tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka
semakin menonjol keterampilan manajemen dan aktivitas yang dijalankan adalah
aktivitas bersifat konsepsional.
Dengan perkataan lain semakin tinggi kedudukan seorang pamimpin dalam
organisasi maka semakin dituntut dari padanya kemampuan berfikir secara
konsepsional strategis dan makro.
Di samping itu perlu dikemukakan bahwa semakin tinggi kedudukan
seseorang dalam organisasi maka ia semakin genoralist, sedang semakin rendah
kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa lebih mudah mengukur produktivitas
pemimpin yang lebih rendah.
B. Kepemimpinan Formal dan Kepemimpinan Informal
Dalam setiap organisasi selalu terdapat hubungan formal dan hubungan
informal. Hubungan formal melahirkan organisasi formal dan hubungan informal
melahirkan organisasi informal. Kepemimpinan formal adalah kepemimpinan yang
resmi yang ada pada diangkat dalam jabatan kepemimpinan.
Polo kepemimpinan tersebut terlihat pada berbagai ketentuan yang mengatur
hirarki dalam suatu organisasi. Kepemimpinan formal tidak secara otomatis
merupakan jaminan akan diterima menjadi kepemimpinan yang "sebenarnya" oleh
bawahan.
Penerimaan atas pimpinan formal masih harus diuji dalam praktek yang
hasilnya akan terlihat dalam kehidupan organisasi apakah kepemimpinan formal
tersebut sekaligus menjadi kepemimpinan nyata.
Kepemimpinan formal sering juga disebut dengan istilah headship.
Kepemimpinan formal tidak didasarkan pada pengangkatan. Jenis kepemimpinan
ini tidak terlihat pada struktur organisasi.
Efektivitas kepemimpinan informal terlihat pada pengakuan nyata dan
penerimaan dalam praktek atas kepemimpinan seseorang. Biasanya kepemimpinan
informal didasarkan pada beberapa kriteria diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan "memikat" hati orang lain.
2. Kemampuan dalam membina hubungan yang serasi dengan orang lain.
3. Penguasaan atas makna tujuan organisasi yang hendak dicapai.
4. Penguasaan tentang implikasi-implikasi pencapaian dalam kegiatan-kegiatan
operasional.
5. Pemilihan atas keahlian tertentu yang tidak dimili ki oleh orang lain.
Telah dikemukakan bahwa tidak ada pemimpin tanpa adanya pihak yang
dipimpin. Pemimpin timbul sebagai hasil dari persetujuan anggota organisasi yang
secara sukarela menjadi pengikut. Pemimpin sejati mencapai status mereka karena
pengakuan sukarela dari pihak yang dipimpin.
Seorang pemimpin harus mencapai serta mampertahankan kepercayaan
orang lain. Dengan sebuah surat keputusan, maka seseorang dapat diberikan
kekuasaan besar tetapi hal tersebut tidak secara otomatis membuatnya menjadi
seorang pemimpin dalam arti yang sebenarnya.
Di bawah ini akan dikemukakan perbedaan antara pemimpinan dengan non
pemimpin.
1. Memberikan inspirasi kepada bawahan
2. Menyelesaikan pekerjaan dan mengembangkan bawahan
3. Memberikan contoh kepada bawahan bagaimana melakukan pekerjaan
4. Menerima kewajiban-kewajiban
5. Memperbaiki segala kesalahan atau kekeliruan.
Non Pemimpinan :
1. Memberikan dorongan kepada bawahan
2. Menyelesaikan pekerjaan dan mongorbankan bawahan
3. Menanamkan perasaan takut pada bawahan dan memberikan ancaman.
4. Melimpahkan kewajiban kepada orang lain.
5. Melimpahkan kesalahan kepada orang lain dengan apabila terdapat
kekeliruan atau penyimpangan-penyimpangan.
C. Teori Kepemimpinan dan Tipe-tipe Kepemimpinan
Beberapa teori telah dikemukakan para ahli majemen mengenai timbulnya
seorang pemimpin. Teori yang satu berbeda dengan teori yang lainnya.
Di antara berbagai teori mengenai lahirnya paling pemimpin ada tiga di
antaranya yang paling menonjol yaitu sebagai berikut :
1. Teori Genetie
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan "leaders are born and not
made". bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena
ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang
ditempatkan pada suatu waktu ia akn menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk
itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
2. Teori Sosial
Jika teori genetis mengatakan bahwa "leaders are born and not made", make
penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu :
"Leaders are made and not born".
Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat
menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
3. Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori
sosial. Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat
menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-
bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan
yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk
mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori
sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori
kepemimpinan.Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam
masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.
Pada umumnya para pemimpin dalam setiap organisasi dapat
diklasifikasikan menjadi lima type utama yaitu sebagai berikut :
1. Tipe pemimpin otokratis
2. Tipe pemimpin militoristis
3. Tipe pemimpin paternalistis
4. Tipe pemimpin karismatis
5. Tipe pomimpin demokratis
1. Tipe pemimpin demokratis
Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu
hak.
Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :
a. Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi
b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c. Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata
d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia
menganggap dialah yang paling benar.
e. Selalu bergantung pada kekuasaan formal
f. Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach)
yang mengandung unsur paksaan dan ancaman
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas
dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe
ini tidak dapat dipakai dalam organisasi modern.
2. Tipe kepemimpinan militeristis
Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang
pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi
militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
a. Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai
tujuan digunakan sebagai alat utama.
b. Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan
jabatannya.
c. Sonang kepada formalitas yang berlebihan
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
e. Tidak mau menerima kritik dari bawahan
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe
pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
3. Tipe pemimpin fathernalistis
Tipe kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat
fathernal atau kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat
kebapaan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang
pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil.
Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
b) Bersikap terlalu melindungi bawahan
c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang.
d) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan
inisyatif daya kreasi.
e) Sering menganggap dirinya maha tau.
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat
diporlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi sifar-sifar negatifnya pemimpin
faternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang
dipimpinnya.
4. Tipe kepemimpinan karismatis
Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebab-
sebab mengapa seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe
pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya
mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan
mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang
faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering
hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib
(supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil
pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin
karismatis.
5. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis
dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe
kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan
dengan kepentingan individu.
Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:
1. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat
bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
2. Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan
kepentingan organisasi.
3. Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
4. Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan
kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi
daya kreativitas, inisyatif dan prakarsa dari bawahan.
5. Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
6. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
7. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
8. Dan sebagainya.
Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah
bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.
Syarat-syarat pemimpin yang baik
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa seorang yang tergolong sebagai
pemirnpin adalah seorang yang pada waktu lahirnya yang berhasil memang telah
diberkahi dengan bakat-bakat kepemimpinan dan karirnya mengembangkan bakat
genetisnya melalui pendidikan pengalaman kerja.
Pengambangan kemampuan itu adalah suatu proses yang berlangsung terus
menerus dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memiliki lebih banyak
ciri-ciri kepemimpinan.
Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-
syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di
antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
a) Pendidikan umum yang luas.
b) Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang genoralist yang baik juga.
c) Kemampuan berkembang secara mental
d) Ingin tahu
e) Kemampuan analistis
f) Memiliki daya ingat yang kuat
g) Mempunyai kapasitas integratif
h)Keterampilan berkomunikasi
i)Keterampilan mendidik
j)Personalitas dan objektivitas
k)Pragmatismo
l)Mempunyai naluri untuk prioritas
m)Sederhana
n)Berani
o)Tegas dan sebagainya.
Pendekatan kontingensi
Salah satu fungsi sistem akuntansi manajemen adalah menyediakan informasi untuk membantu manajer dalam mengendalikan aktivitasnya, serta mengurangi ketidakpastian lingkungan dalam mencapai tujuan organisasi (Gordon et. al.,1976; Waterhouse et. al.,1978;
Kaplan 1984; Anthony et. al., 1989 ; Atkinson et. al.,1995). Sistem akuntansi manajemen umumnya merupakan pendekatan kontingensi dari faktor kondisional sebagai variabel yang memoderasi suatu hubungan. Brownell (1982a) menelaah beberapa penelitian dan menemukan pengaruh faktor kondisional sebagai variabel moderasi terhadap hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Faktor kondisional tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat variabel, yaitu kultur, organisasional, interpesonal, dan individual. Govindarajan (1986a) mengatakan perlu digunakan pendekatan kontingensi tersebut untuk mengidentifikasi berbagai kondisi yang menyebabkan anggaran partisipasif menjadi lebih efektif. Para peneliti telah membuktikan bahwa keefektifan partisipasi anggaran tergantung pada faktor kontekstual organisasional dan sifat spikologis karyawan (Brownell,1981, 1982b, Govindarajan,1986a, Chenhall dan Brownell,1988, Mia,1988). Dalam penelitian ini pendekatan teori kontingensi diadopsi untuk mengevaluasi hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Faktor kontingensi yang dipilih adalah gaya kepemimpinan (leadership styles) yang dimiliki manajer untuk variabel psikologis (Brownell,1983; Bambang Riyanto,1999). Sedangkan untuk faktor kontekstual organisasional adalah komitmen organisasional yang diberikan manajer kepada perusahaan (Nouri dan Parker,1995).
Gaya kepemimpinan
Teori model kontingensi keefektifan kepemimpinan dari Fiedler (1967) dikembangkan menjadi
leader match concept (konsep kecocokan pemimpin) oleh Fiedler dan Chemers (1984). Teori
leadership match ditentukan oleh dua faktor, yaitu (a) gaya kepemimpinan, menurut Fiedler & Chemers gaya kepemimpinan adalah derajat hubungan antara seseorang dan teman sekerjanya, dengan siapa ia paling tidak
ingin bekerja atau least preferred coworker(LPC) yang diukur dengan instrumen tes yang disebut least preferred coworker scale (LPCS) atau skala teman sekerja paling kurang disukai, dan (b) situasi kepemimpinan,ada tiga komponen yang menentukan kontrol dan pengaruh dalam suatu situasi, yaitu (1) hubungan pemimpin dan pengikut (leader-member relations), (2) struktur tugas (task structure), dan (3) kekuasaan posisional
(leader’sposition power). Pentingnya perilaku pemimpin dalam anggaran telah diuji oleh beberapa peneliti, seperti Swieringa dan Mancur (1972); Fertakis (1976) dan Brownell (1983). Gaya kepemimpinan yang tepat adalah yang diarahkan kepada keterbukaan dan lebih bersifat humanis yang oleh Coster dan Fertakis (1968) dalam Muslimah (1998) disebut dengan consideration Hasil penelitiannya menunjukkan gaya kepemimpinan tersebut mempunyai dampak positif terhadap adanya dorongan penyusunan anggaran. Efektivitas partisipasi anggaran sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan manajemen (Fiedler,1978; Chandra, 1978) seperti dikutip oleh Muslimah (1998). Musyarofah (2003) menemukan bahwa signifikansi koefisien interaksi perubahan strategik dan gaya manajemen tidak bisa dijadikan indikator untuk mengetahui adanya pengaruh interaksi antara perubahan strategik dan gaya manajemen terhadap kinerja organisasi. Amrul dan Nasir (2002) menemukan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan senjangan anggaran adalah tidak signifikan.

REFERENSI:
  • Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
  • http://www.scribd.com/doc/12782500/Kamp02-Pengaruh-Komitmen-Organisasi-Dan-Gaya-Kepemimpinan

BUDAYA ORGANISASI

Pengertian Budaya Organisasi

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.

e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.

Sumber-sumber Budaya Organisasi

Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.
2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan.
3. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.

Fungsi Budaya Organisasi


Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

Ciri-ciri Budaya Organisasi

Menurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:
1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.
2. Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail.
3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.
5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.
6. Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.
7. Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.
Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289).

Tipologi Budaya

Menurut Sonnenfeld dari Universitas Emory (Robbins, 1996 :290-291), ada empat tipe budaya organisasi :

1. Akademi
Perusahaan suka merekrut para lulusan muda universitas, memberi mereka pelatihan istimewa, dan kemudian mengoperasikan mereka dalam suatu fungsi yang khusus. Perusahaan lebih menyukai karyawan yang lebih cermat, teliti, dan mendetail dalam menghadapi dan memecahkan suatu masalah.
2. Kelab
Perusahaan lebih condong ke arah orientasi orang dan orientasi tim dimana perusahaan memberi nilai tinggi pada karyawan yang dapat menyesuaikan diri dalam sistem organisasi. Perusahaan juga menyukai karyawan yang setia dan mempunyai komitmen yang tinggi serta mengutamakan kerja sama tim.

3. Tim Bisbol
Perusahaan berorientasi bagi para pengambil resiko dan inovator, perusahaan juga berorientasi pada hasil yang dicapai oleh karyawan, perusahaan juga lebih menyukai karyawan yang agresif. Perusahaan cenderung untuk mencari orang-orang berbakat dari segala usia dan pengalaman, perusahaan juga menawarkan insentif finansial yang sangat
besar dan kebebasan besar bagi mereka yang sangat berprestasi.

4. Benteng
Perusahaan condong untuk mempertahankan budaya yang sudah baik. Menurut Sonnenfield banyak perusahaan tidak dapat dengan rapi dikategorikan dalam salah satu dari empat kategori karena merek memiliki suatu paduan budaya atau karena perusahaan berada dalam masa peralihan.

REFERENSI:http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/teori-budaya-organisasi.html /

DESAIN ORGANISASI

. ORGANISASI SEBUAH
PANDANGAN UMUM
Organisasi adl sebuah entitas sosial yang
dikoordinasikan secara sadar,dengan batasan
yang relatif dapat diidentifikasikan, dan bekerja
atas dasar relatif terus menerus untuk mencapai
suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
( Robin.1994)
Struktur organisasi menetapkan bagaimana
tugas akan dibagi,siapa melapor pada siapa,
dan mekanisme koordinasi yang formal serta
pola interaksi yang akan diikuti.
Desain organisasi
Desain organisasi adalah merupakan sisi lain
dalam manajemen organisasi dalam arti suatu
organisasi dalam pelaksanaannya dapat
dikoordinasikan untuk mencapai tujuan. Dengan
perkataan lain meskipun sudah ada struktur
yang mempolakan mekanisme kerjanya akan
DESAIN ORGANISASI.
Organisasi adalah unik seperti sidik jari. Masing-masing mempunyai struktur yang berbeda, meskipun ada unsur intinya yang sama. Oleh karena itu merancang pola hubungan kerja dan merancang tindakan atau mendesain organisasi dilandasi oleh adanya unsur intidalam suatu organisasi.
Unsur-unsur inti dalam organisasi menurut Henry Mintzberg ada 5 yaitu:
1. The operating core/ unsur pelaksana yaitu pegawai yang melakukan pekerjaan dasar berhubungan dengan produksi & jasa.
2. The strategic apexunsur strategis pimpinan puncak yg bertanggung jawab terhadap keseluruhan organisasi.
3. The middle lineunsur kelompok menengah para pimpinan yang menjadi penghubung kelompok pelaksana dengan kelompok strategis.
4. The techno structureunsur kelompok analis yg bertanggung jawab pada adanya SOP (standard operating prosedure )
5. The support staffunsur kelompok orang-orang yang mengisi unit staff yang memberi jasa pendukung tidak langsung pada organisasi
Pentingnya desain organisasi
Mencapai keunggulan kompetitif.
Mengacu pada kontingensi
Memanajemen perbedaan/diversity
Peningkatan effisiens
Peningkatan motivasi
Pengendalian lingkungan
Penyempurnaan koordinasi dan motivasi
Mengembangkan strategi implementasi
STRATEGI SEBAGAI
PENYEBAB STRUKTUR
1. Strategi adalah
penentuan tujuan dasar
jangka panjang dan
sasaran sebuah
organisasi serta
penerimaan dari
serangkaian tindakan
maupun alokasi sumber-
sumber yang dibutuhkan
untuk melaksanankan
pencapaian tujuan tsb.
tetapi diperlukan rancangan kegiatan dalam
setiap pelaksanaan kerjanya agar dapat
dikoordinasikan untuk mencapai tujuannya.
2. Ukuran organisasi
Ukuran organisasi sebagai faktor kedua penentu
stuktur organisasi. Ukuran organisasi
meyangkut besarnya organisasi yang dilihat dari
jumlah anggota organisasi.
Jumlah anggota atau ukuran organisasi akan
berpengaruh pada kompleksitas organisasi baik
horizontal maupun vertikal. Ukuran juga
berpengaruh pada formalisasi dan sentralisasi.
Semakin besar organisasi semakin tinggi
formalisasi dan semakin besar ukuran
organisasi semakin rendah sentralisasi.
3. Teknologi
Teknologi sebagai penentu struktur yang ketiga. Teknologi merujuk pada informasi,peralatan, teknik, dan proses yang dibutuhkan untuk merubah masukan menjadi keluaran dalam organisasi. Namun ukuran teknologi ada beberapa macam misalnya sederhana, tepat guna dan canggih; rutin dan non rutin; maupun sederhana, kompleks dan sangat kompleks.
Ada kecenderungan teknologi rutin mempunyai dampak pada tingkat formalisasi yang tinggi namun tingkat kompleksitasnya cenderung rendah, sementara itu tingkat sentralisasinya cenderung tinggi.
Pada sisi lain teknologi non rutin menuntut spesialisasi yang banyak sehingga kompleksitasnya cenderung tinggi sementara itu tingkat controlnya membutuhkan keleluasaan dan fleksibiltas yang tinggi berarti formalisasinya cenderung rendah dan pembuatan keputusan memungkinkan pendelegasian yang berarti sentralisasirendah.
4. Lingkungan
  • Lingkungan organisasi menunjuk semua faktor yang berada di luar organisasi dan yang berpengaruh ataupun dipengaruhi oleh organisasi
  • Menurut penelitian Burns & Stalker dalam lingkungan yang stabil struktur organisasi cenderung mengarah pada struktur mekanistik yang dicirikan oleh kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi yang tinggi. Pelaksanaan tugas rutin sangat menggantungkan pada perilaku yang diprogramkan,dan relatif lamban dlm menanggapi keadaan yang tidak dikenalnya. Demikian pula pada lingkungan yang bergejolak terjadi yang sebaliknya struktur organisasi mengarah pada struktur organis.
  • Burns & Stalker yakin bahwa struktur yang efektif yang dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Menggunakan desain mekanistik untuk lingkungan yang stabil dan organis yang lingkungannya bergejolak.


REFERENSI:http://www.scribd.com/doc/28801223/teori-organisasi ATAU Drs. Susartono,SU

Minggu, 11 April 2010

MENGELOLA INDIVIDU DALAM ORGANISASI

Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi.
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi (determinan) kinerja individu, perlu dilakukan pengkajian terhadap teori kinerja. Secara umum faktor fisik dan non fisik sangat mempengaruhi. Berbagai kondisi lingkungan fisik sangat mempengaruhi kondisi karyawan dalam bekerja. Selain itu, kondisi lingkungan fisik juga akan mempengaruhi berfungsinya faktor lingkungan non fisik. Pada kesempatan ini pembahasan kita fokuskan pada lingkungan non-fisik, yaitu kondisi-kondisi yang sebenarnya sangat melekat dengan sistem manajerial perusahaan.

Kelompok variabel individu terdiri dari variabel kemampuan dan ketrampilan, latar belakang pribadi dan demografis. Menurut Gibson (1987), variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu. Sedangkan variabel demografis mempunyai pengaruh yang tidak langsung.

Kelompok variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini menurut Gibson (1987) banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.

Kelompok variabel organisasi menurut Gibson (1987) terdiri dari variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Menurut Kopelman (1986), variabel imbalan akan berpengaruh terhadap variabel motivasi, yang pada akhirnya secara langsung mempengaruhi kinerja individu. Penelitian Robinson dan Larsen (1990) terhadap para pegawai penyuluh kesehatan pedesaan di Columbia menunjukkan bahwa pemberian imbalan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja pegawai dibanding pada kelompok pegawai yang tidak diberi. Menurut Mitchell dalam Timpe (1999), motivasi bersifat individual, dalam arti bahwa setiap orang termotivasi oleh berbagai pengaruh hingga berbagai tingkat. Mengingat sifatnya ini, untuk peningkatan kinerja individu dalam organisasi, menuntut para manajer untuk mengambil pendekatan tidak langsung, menciptakan motivasi melalui suasana organisasi yang mendorong para pegawai untuk lebih propduktif. Suasana ini tercipta melalui pengelolaan faktor-faktor organisasi dalam bentuk pengaturan sistem imbalan, struktur, desain pekerjaan serta pemeliharaan komunikasi melalui praktek kepemimpinan yang mendorong rasa saling percaya.